Selasa, 09 November 2010

AKU INGIN MELUPAKAN

"Aku ingin melupakannya", begitu kata sebagian besar orang-orang yang mempunyai kenangan buruk di masa lalu.

Kenangan itu boleh jadi berasal dari orang yang dulu menjadi cinta pertamanya, namun nasib tidak membuat hubungan cinta kasih berlanjut. Bisa juga seorang anak yang kehilangan orangtua yang dicintainya, entah karena wafat, atau pergi bertahun-tahun tiada kabar.
Atau mereka yang pernah gagal dalam berumah tangga, pernah dikhianati orang yang paling dipercaya, dan hal-hal lain yang sangat membuat batin sangat terguncang karenanya.

Mengingat kenangan itu dinilai negatif, maka banyak orang itu ingin sekali menghapus kenangan itu. Seperti kita menghapus file dalam komputer, bukan sekedar klik "delete", tapi juga sampai "recycle bin", agar semua file itu benar-benar terhapus.

Banyak orang meng-analog-kan dirinya dengan komputer. Kita sering lupa bahwa segala ingatan itu akan sangat sulit dilupakan, kecuali pikun, lupa ingatan (baca: gila), atau sudah ber-transmigrasi ke dunia lain (baca: wafat). Benarkah kita bisa melupakan kenangan buruk itu. Atau semakin dilupakan, malah akan semakin ingat dan semakin pula menyakitkan.

Benarkah kita percaya pada pengakuan orang, bahwa dia sudah melupakan masa lalu? Ataukah pernyataan itu bersifat diplomatis belaka. Aslinya, dia tetap masih ingat, cuma tidak terucapkan, karena demi menjaga stabilitas saat ini. Kejujuran itu kan tidak selalu harus diucapkan.

Ungkapan "melupakan" itu lebih tepat sebagai jawaban diplomatis, yang bertujuan "menenangkan". Pertama, menenangkan diri, bahwa kenangan buruk itu tidak perlu lagi dikenang apabila memang berdampak kurang baik. Kedua, menenangkan orang-orang yang akan terganggu stabilitas mentalnya apabila kita membuat pengakuan masih ingat masa lalu itu.

Ungkapan yang salah kaprah ini sering dimaknai apa adanya, sehingga salah persepsi pula. Misalnya :
"Gimana ya, agar aku bisa melupakan sang mantan?"
"Aku masih sangat terkenang pada orangtuaku yang sudah wafat", dll.

Padahal,
ungkapan "melupakan" itu bukan berarti "tidak ingat", tetapi lebih dimaknai agar si empunya mau "meng-ikhlas-kan" pada segala hal yang terjadi dan terkenang di masa lalu. Tidak perlu kita mengukir dendam berkepanjangan, atau memendam benci sampai tuju turunan. Jika ini terjadi, maka banyak penyakit lahir dan batin akan antri mendatangi si empu ini. Namun apabila si empu ini mau dan mampu mengikhlaskan, segala kenangan buruk akan berhikmah kebaikan dan segala kenangan baik akan berdampak sangat baik, seperti menabur benih-benih guna menuai hasil secara berkelanjutan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang mau dan mampu meng-ikhlas-kan masa lalu untuk merangkai kebaikan masa kini dan masa depan.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger