Selasa, 09 November 2010

PILIH KASIH

Di saat kita mempunyai beberapa atau banyak orang untuk dikasihi, di saat berikutnya kita akan mendapat respon dari mereka, apakah kita termasuk orang yang adil membagi kasih sayang ataukah termasuk orang yang "pilih kasih".

Keadilan membagi kasih sayang itu memang mudah diucapkan, tetapi sangat sulit dipraktekkan karena kita juga manusia yang bisa emosi, lelah, mengantuk. lapar, dll. Sementara 'keadilan' yang sering dituntut adalah bentuk pemberian yang serba sama. Benarkah?

Orang tua yang banyak anak, dituntut adil membagi kasih sayang. Namun fakta menunjukkan data si anak yang beda umur, jenis kelamin, watak, penampilan dan prestasi. Banyak orang tua yang tidak luput dari argumen subyektif dalam memperlakukan anaknya. Biasanya "yang paling" itu akan diberikan kasih sayang yang sesuai. Anak bungsu, anak tunggal, lucu, penurut, penampilan menarik, dan prestasinya baik; akan cenderung mendapatkan kasih sayang yang melimpah. Namun ada juga orangtua yang mencurahkan perhatian pada "yang kurang" agar anaknya ini lumayan dapat mengimbangi sodara kandungnya yang lain.

Guru, walau dituntut untuk selalu obyektif mendidik dan menilai, juga tidak luput dari rayuan subyektifitas. Biasanya, tetap saja ada 1-2 siswa yang sangat diperhatikan dan dikasihi. Mungkin karena dia pandai. Mungkin karena lucu dan menyenangkan. Mungkin karena penurut. Tapi yang jelas, siswa-siswi terkasih itu telah berhasil mengambil hati dan mencuri perhatian dari sang guru.

Fakta sejarah juga menunjukkan bahwa sang Nabi pun tidak bisa membagi hati sama rata untuk semua istrinya. Ini artinya bahwa manusia memang tidak bisa membagi hati (rasa cinta) yang sama besar. Maka perintahNYA adalah "berbuat adil". Artinya, yang perlu di-adil-kan adalah perbuatannya, bukan perasaannya. Namun perasaan yang berbeda juga tidak perlu diucapkan karena akan menimbulkan kecemburuan. Ucapan adalah termasuk perbuatan, jadi bisa di-adil-kan. misalnya dengan mengatakan "aku mencinta dan menyayangi kalian semua".

Sebaiknya kita berusaha berbuat adil pada amanah yang kita emban. Walau tentu saja, komentar "tidak adil" atau "pilih kasih" akan tetap menjadi bumbu dalam menyemangatkan niat baik kita ini.
Selamat berbuat adil dalam mengasihi dan menyayangi...

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger